Ada yang mengatur ?ARTIKEL
Nov 19, 2007 09:23 oleh Admin
Tahun 2000-an, di pesawat dari sebuah kota menuju Jakarta, saya duduk di sebelah pejabat Kantor Pusat yang lebih tinggi. Sedari tadi hati saya tidak tenang.
"Pak, saya tadi waktu mau pulang dikasih amplop sama Pemimpin Cabang. Kalau di tempat lain biasanya yang kasih Pemimpin Rayon dan saya selalu tolak dengan alasan sudah dibiayai Kantor Pusat. Tapi tadi Pemimpin Cabang langsung masukin amplop ini ke celana saya di depan sambil bilang tidak sempat beli'in parcel, jadi ini saja, katanya. Saya mau tolak, tapi di situ ada beberapa anak buahnya, khawatir mempermalukan dia .." kata saya.
Pejabat Kantor Pusat tadi bilang, "Ya sudah, Pak Prass. Tidak apa-apa. Toh Pak Prass ke Kantor Cabang itu kan tidak berhubungan langsung dengan tugas-tugas pemeriksaan..."
"Iya, tapi hati saya tetap tidak bisa menerimanya..."
Saya memang sejak awal selalu menolak jika berkunjung ke kantor-kantor daerah, lalu pemimpin setempat memberi 'sangu', karena saya sudah diberi biaya dan uang dinas dari Kantor Pusat. Selama ini saya selalu kuasa karena pejabat daerah tadi level-nya sama atau lebih rendah dari saya. Tapi kali ini yang memberi yang levelnya di atas saya. Saya baru mau menerima kalau ada sumbangsih nyata saya di kantor tersebut, misalnya diminta memberikan pelatihan, namun tidak diberi honor dari Kantor Pusat, hanya biaya dan uang jalan. Kalau ini fair.
Beberapa menit setelah pesawat mendarat, masih di dalam pesawat, saya membuka ponsel. Di layar ponsel ada sms baru, dan ketika saya buka bunyinya mengabarkan seorang teman meninggal dunia, dengan meninggalkan suami yang belum mendapat pekerjaan dan anak yang masih kecil.
Dari Cengkareng saya langsung meluncur ke Tanah Kusir. Usai pemakaman, saya menyerahkan amplop berisi uang yang lumayan besar untuk ukuran saya kepada suami almarhumah.
Anda bisa menjelaskan kejadian ini ?