Diprovokasi Sama Kambing (2 - habis ahh)ARTIKEL

Oct 22, 2008 07:31 oleh Admin
Gara-gara saya menulis 'tanda-tanda gangguan pikiran berlanjut' di tulisan sebelumnya (Diprovokasi sama Kambing), gangguan pikiran itu benar-benar berlanjut terus. Barangkali ini gara-gara Pak Wandi tidak memberi jawaban apapun atas jawaban saya sebelumnya. Ia hanya terkekeh. Entah mengapa efek domino yang ditimbulkan oleh provokasi Pak Wandi benar-benar luar biasa. Mungkin saya masih penasaran apa sih jawaban yang ada di peta pikiran Pak Wandi.
 
Ternyata bukan hanya saya yang terganggu, sahabat saya Dedi -- gitaris NAFF, juga terganggu. Buktinya dia juga memberi komentar di tulisan pertama tersebut. Kata Dedi, untung Ismail dan Ishak sama-sama selamat. Kalau tidak, kita sebagai anak cowok sudah disembelih sama bapak kita. Makanya mendingan kambing saja yang disembelih.
 
Saya langsung tersengat dengan komentar ini. Bagaimana tidak , berbulan-bulan pikiran itu tidak pernah nyangkut di pikiran saya. Brilian !!! ...
 
Merasa mendapat jawaban yang top, saya langsung meng-sms Pak Wandi dengan perasaan bangga layaknya seorang yang baru pulang mendapatkan harta karun tersembunyi. "Pak .. saya nemu jawaban lagi soal kambing ..", bunyi SMS saya. Saya lalu melanjutkan isi SMS dengan jawaban ala Dedi.
 
Yang ditunggu-tunggu tiba. Jawaban Pak Wandi : "Ha ha ha gak nyambung. Yang jelas Allah sebenarnya nggak serius, wong Dia juga dah tahu semuanya".
 
Kali ini saya tersengat lagi. Tapi kali ini bukan tersengat raket anti nyamuk, saya tersengat SUTET !!! .. Maksudnya Pak Wandi, Allah 'tidak serius' memberi perintah kepada Ibrahim untuk menyembelih Ismail (atau Ishaq menurut umat Kristiani), dan Allah juga tahu Ibrahim akan melaksanakan perintahNya, dan Allah toh akhirnya akan menukar Ismail (atau Ishaq) dengan kambing kibas juga.
 
Jawaban Pak Wandi ini (dan juga tafsir kemungkinan yang saya kembangkan sendiri) beberapa bulan ini tidak pernah nongol di pikiran saya, padahal jawaban itu simpel dan 'dekat'. Pikiran Pak Wandi itu bukannya tidak pernah bersemayam di pikiran saya, buktinya saya langsung merasa 'akrab' dengan jawaban itu, melainkan saya yang pakai 'lampu sorot' untuk memilih sosok -sosok pikiran yang 'muda' dan 'kinclong', sampai mengabaikan sosok pikiran yang 'tua'. Ahhh .. kalimat ini saja tandanya saya njelimet. Singkat kata : tidak kepikiran alias lupa!.
 
Cukup ... cukup Pak Wandi ... Tapi rasanya tidak bisa cukup ... saya telanjur berpikir, lalu kalau Allah sudah tahu ujung-ujungnya akan 'mengorbankan' kambing, lalu buat apa Allah 'melalui jalan' menguji Ibrahim ? Atau dalam bungkus bahasa Pak Wandi 'tidak serius' ? Atau kalaumau pakai istilah provokatif ala saya, buat apa Allah 'ngerjain' Ibrahim ?
 
Karena provokasi berikutnya ini tidak lagi soal kambing, Pak Wandi ... anda harus ikut bertanggungjawab. ***