Etika dulu baru aturanARTIKEL
Dec 15, 2007 01:32 oleh Admin
Seorang teman yang baru pulang haji bercerita dengan penuh semangat dan bangga. Suatu ketika ia harus berada dalam antrian panjang. Saya lupa apakah antrian itu pintu keluar Bandara, atau justru memasuki suatu tempat tertentu. Hari itu hari Jumat. Jam sudah menunjukkan waktu sedikit lagi tiba saatnya Sholat Jumat. Ia bilang, ia ingin tidak ketinggalan Sholat Jumat. Lalu ia berdoa, Ya Allah, sempatkanlah aku sholat Jumat. Selesai berdoa, tiba-tiba ia mendapat wangsit. Ia keluar dari antrian dan langsung berjalan cepat menuju barisan depan, dan ... zappp ... dia masuk barisan dekat pintu depan. Akhirnya dia bisa Sholat Jumat di Masjid.
Mendengar ceritanya yang berapi-api itu, saya langsung tercenung. Seperti ada reaksi kimia tertentu di dada saya. Saya merasa ada yang salah dengan cerita itu. Sepintas, sepertinya ia 'diselamatkan' oleh Tuhan dari antrian untuk bisa sholat Jumat di mesjid. Tapi apa iya ya ? Karena dia keluar antrian dan langsung masuk lagi di barisan depan, yang saya namakan 'menyerobot' dan menurut tafsir saya berarti melanggar hak orang lain. Saya tidak tahu apakah para calon haji yang diserobot teman saya tadi rela atau tidak (tentu buat mereka itu merupakan ujian dan cobaan diserobot orang lain). Meskipun mereka ikhlas, tapi mereka juga punya keinginan yang sama, yaitu Sholat Jumat tepat waktu.
Saya jadi ingat ketika Kang Jalal dalam sebuah buku mengatakan bahwa akhlak (etika) itu didahulukan atas fiqih (aturan). Artinya, ketika kita berusaha menjalankan suatu standar operating procedure dari ritual agama, lalu konflik dengan etika, maka yang didahulukan adalah etika. Kalau saya jadi teman saya itu, maka saya akan tetap antri untuk mencapai pintu itu. Jika ternyata nantinya saya terlambat Sholat Jumat, ya tidak apa-apa, karena keterlambatan saya bukan karena disengaja.
Tapi ini tentu peta pikiran saya sendiri. Ini bukan soal teman saya itu salah atau tidak, diterima sholatnya atau tidak (Lha, masih mending dia sudah berangkat haji, daripada saya yang belum haji). Itu sama sekali bukan job description saya untuk memberi label. Itu hak Tuhan. Semoga saja teman saya yang berhasil sholat Jumat tepat waktu, dan jemaah lain yang diserobot namun ikhlas, sama-sama mendapat haji yang mabrur...***