Hormatilah Orang yang TIDAK Berpuasa (1)ARTIKEL
Oct 29, 2007 07:43 oleh Admin
Ketika judul tadi kupasang sebagai status di Yahoo Messenger, seorang sahabat mengirimkan pesan : "Kok statusnya kayak gitu ?". "Memang nggak boleh ?" jawabku. "Nggak lazim ah ..." Katanya.
Aku senang mendapat 'protes' seperti itu. Itu berarti kesempatan buat aku memaparkan pemikiran-pemikiranku tentang judul tadi sekaligus menarik pelajaran yang mungkin kudapat.
Pelajaran pertama, memang 'kelaziman' itu seringkali kriteria hasil bentukan lingkungan sosial diprogram dalam pikiran di masa lalu. Sama dengan saat kita disodori kertas putih, lalu diminta membuat pemandangan, maka gambar yang kita buat cenderung tidak jauh dari gunung, sawah, matahari, dan burung-burung berbentuk 'm', atau pantai lengkap dengan perahu dan pohon kelapanya. Definisi atau peta mental tentang pemandangan jadi berkisar simbol-simbol itu. Ketika panca indera menangkap sesuatu yang berbeda dengan rekaman masa lalu itu, maka dianggap tidak lazim. Sampai di sini tidak masalah. Masalahnya adalah ketika perbedaan dan ketidaklaziman itu diberi arti/tafsir dengan 'tidak boleh', 'salah', 'dilarang', 'haram', 'musuh'. Lebih lagi kita tambahkan dengan perasaan 'tidak senang', 'sebel', 'marah', dst kepada arti tadi. Lengkaplah kita dipenjara oleh kenyamanan definisi masa lalu kita.
Kalau sudah begitu, bisa-bisa yang jadi masalah bukan lagi substansi judulnya, tapi bergeser jadi masalah hubungan baik dua pribadi yang terganggu. Mirip anak kecil yang berkelahi memperebutkan mainan. Mainan itu bernama tafsir. Kalau itu yang terjadi, apa hasilnya ? ...