Jadilah majikan pikiranARTIKEL
Nov 16, 2007 12:33 oleh Admin
Dua orang tamu saya tampak sangat ragu ketika saya minta mereka berjalan di atas beling.
"Oke, saya beri dua opsi. Bapak dan Ibu berjalan langsung di atas beling ini, atau saya bantu hipnosis supaya kaki Bapak dan Ibu kebal ...?"
Mereka minta dibantu. Selesai hipnosis singkat itu (ini juga hipnosisnya bohong-bohongan) saya persilakan salah seorang tamu saya mulai naik ke tumpukan beling.
Sebelum melangkah, beliau bertanya. "Risikonya apa ?"
"Yaa, paling luka, Pak", jawab saya. Sebenarnya jawaban itu untuk menakut-nakuti saja.
Meskipun sempat terhenti sejenak untuk mengumpulkan keberanian, akhirnya kedua tamu tersebut lolos dengan selamat berjalan di atas beling. Itu terjadi di ruang kerja saya.
Kedua tamu saya adalah assessor Badan Akreditasi Nasional yang telah selesai menjalankan tugasnya melakukan visitasi akreditasi terhadap sekolah tinggi yang berada di bawah yayasan yang saya pimpin. Yang satu profesor dari UNDIP, yang satu doktor dari UNHAS. Saya memang mengundang beliau sebagai hospitality karena saya pimpinan tuan rumah. Lagipula saya ingin menjalin hubungan jangka panjang karena kalau saya mengadakan kegiatan pendidikan & pelatihan di kota beliau, saya tidak perlu mengekspor pengajar dari Jakarta. Jadi kan lebih efisien.
Yang menarik adalah, mereka menunjukkan ciri khas akademisi yang sebelum melakukan sesuatu harus lengkap betul what dan why-nya. Semakin kritis mereka, semakin tertunda melangkah ke atas beling. Belakangan, setelah mereka melakukannya, saya memang menjelaskan secara ilmiah mengapa berjalan di atas beling tidak terluka.
Kemudian saya dorong mereka untuk mengurangi kekritisan pikiran sadar mereka untuk melangkah ke pengalaman berikutnya : mematahkan besi pompa dragon dengan tangan kosong. Salah seorang beliau sudah pernah mematahkan besi pakai koran (saya juga jelaskan bahwa dengan koran sebenarnya jauh lebih mudah daripada pakai tangan). Salah seorang beliau -- wanita -- berhasil mematahkan sebuah besi. Namun yang kedua kali gagal. Sementara yang lainnya gagal berulang-ulang, meskipun sudah saya ajarkan rahasia teknik memukul, plus demo.
Ternyata kalau kita sudah tahu tentang sesuatu, belum tentu kita bisa berhasil melakukan sesuatu. Rahasia yang saya beberkan (pengetahuan) ada di pikiran sadar. Ternyata masih ada satu lagi untuk bisa melakukan dan mencapai hasil : keyakinan dan imajinasi. Ini ada di bawah sadar. Karena bawah sadar lebih dominan, kalau ada pertentangan antara pikiran sadar dan bawah sadar, yang menang biasanya bawah sadar. Rupanya imajinasi tentang 'luka' dan 'sakit' itulah yang menang daripada pengetahuan mereka tentang teknik secara ilmiah, sehingga membuat mereka ragu dan lama sekali melangkah ke beling, atau gagal memukul besi. Jelas masalahnya ada di pikiran mereka, bukan di besinya. Pikiran mempengaruhi cara memukul.
Itulah sebabnya banyak wirausahawan bilang, kalau mau sukses berbisnis, jangan banyak banyak teori. Lakukan saja. Malah jangan ikuti jalan orang-orang yang sudah duluan. Sebaliknya, di kutub lain, teori dan pertimbangan diperlukan supaya kita bisa sanggup menanggung risiko. Yang satu pathbreaking, yang satu pathfinding, begitu istilah Hermawan Kartajaya.
Kalau saya, ya dua-duanya. Kalau melangkah tanpa teori, ada risiko bisa lama mencapai tujuan. Try and error. Meskipun ada juga peluang langka : ketemu lompatan besar menuju keberhasilan. Cari ilmunya (selain dari buku, juga perlu tanya ahlinya) supaya belajar tentang kegagalan dan keberhasilan (best practice) yang pernah terjadi sebelumnya, tapi perlu keberanian untuk melihat dan mencari jalan dan cara yang tidak sama dengan apa yang telah kita ketahui. Kuasai cara pikiran bawah sadar kita (keyakinan, imajinasi, emosi) untuk action. Akan ada keragu-raguan, bayangan kegagalan dan penderitaan, dan rasa tidak nyaman di dalam perjalanan yang akan kita lalui. Ini bukan hanya untuk berbisnis, tapi untuk berkembang dan sukses di manapun.
Kita punya dua pilihan : kita yang menguasai pikiran bawah sadar kita, atau merekalah yang menguasai kita. Pikiran bawah sadar adalah budak yang baik, tapi majikan yang buruk. Lalu, bagaimana caranya mengelola pikiran bawah sadar ? Nantikan tulisan-tulisan berikutnya, atau kalau mau lebih cepat, ketemu atau undang saya ... hehehe ... (eit, ini bukan promosi -- anda tidak percaya bukan ?)