Makna Anti LebayARTIKEL
Dec 27, 2012 05:45 oleh Admin
"Atas dasar apa seseorang memutuskan menikah, Ayah?", itulah kalimat pertama dari seseorang di blackberry messenger saya.
Namanya Yaya. Ia tinggal di Banjarmasin. Ia memanggil saya 'Ayah' bukan karena ia anak kandung saya. Ia telah menganggap saya sebagai ayahnya. Pernah ia terbang dari Banjarmasin ke Jakarta dan menginap di rumah saya untuk mengikuti sebuah acara. Perkenalan pertama kami lewat twitter dan berlanjut ia membeli kedua buku saya.
"Hahahahahaa!", balas saya.
"Yaaah, diketawain .. Ya sudah deh, nyari jawaban sendiri aja", jawabnya.
"Lha tiap orang 'kan masing-masing beda dong...", jawab saya.
"Kalau buat saya sih, dasar seseorang memutuskan menikah adalah SIAP", imbuh saya.
Segera saya menjelaskan lebih lanjut, "Siap itu berarti termasuk siap menerima risiko dan menjalani keadaan terburuk karena ada faktor yang belum siap".
"Kalau begitu saya belum siap...", katanya.
"Mengapa?", tanya saya.
"Baru kenal sebulan diajak married... Takuuuuut", jawabnya.
"Hmmm, takut itu 'kan dapat disebabkan oleh 'sungguhan', bisa juga oleh 'anggapan'...", jawab saya.
"Dia wartawan, nasabahku...". Yaya memang bekerja di sebuah bank BUMN.
"Kalau kata hati belum siap, ya ikuti saja...", jawab saya.
"Yaya boleh latihan memberi 'meaning' yang sederhana dulu. Contohnya, waktu saya jatuh ke kolam, sempat bikin 'meaning' : wah, ini tandanya akan mendapat keberuntungan karena orang Jawa kalau mau menikah 'kan pakai siraman, mau puasa pakai 'padhusan', semua yang berhubungan dengan air. Jatuhku ke kolam ini juga berarti memberi kegembiraan buat teman-teman yang menertawakan saya. Kejadian ini juga sebagai cara Tuhan menegur saya supaya introspeksi jangan-jangan 'kesialan' ini akibat saya kurang amal, kuran sedekah, atau karena sombong... Saya akhirnya sampai pada penyederhanaan makna, bahwa jatuhnya saya ke kolam itu adalah karena saya tidak hati-hati. Titik. Nggak jadi lebay...", imbuh saya ditutup dengan simbol smiley.
Saya melanjutkan. "Jadi, kalau Yaya takut artinya belum siap. Butuh waktu untuk menyiapkan diri. Titik"
"Bagaimana dengan sebuah pengalaman atau peristiwa yang kuat di ingatan sebagai pengalaman buruk? Jadi kayak mental block gitu ya?. Mengubah maknanya 'kan susah karena sudah telanjur terbentuk sebagai pengalaman yang buruk", tanya ia lagi.
"Susah itu karena belum tahu caranya, belum terlatih. Mental block itu bermanfaat untuk lebih berhati-hati dan melakukan persiapan lebih matang."
"Sama kayak sakit yaaa...? Positifnya adalah cobaan Tuhan ... ujian supaya bisa bersabar dapat pahala, dan lupa bertanggungjawab untuk sehat kembali ...:-)) ... Pahaaaaam". Muncul tanda jempol dari Yaya.***