Mempraktekkan Yang Diajarkan (Lagi)ARTIKEL
Aug 31, 2009 07:17 oleh Admin
Setelah merasa janggal dengan cara bicara saya sendiri saat menerima telepon, tiba-tiba kelopak mata kiri saya tidak bisa saya kedipkan. Otot pipi sebelah kiri kurang respon, dan ketika membuka mulut, bagian kiri mulut tidak seaktif otot mulut kanan. Saya segera dapat menenangkan diri. Hanya kecemasan kecil yang tersisa yang mendorong saya untuk mengirim SMS kepada isteri saya di Canberra 'call me'.
Singkat cerita, permintaan isteri saya segera memperkuat keputusan saya untuk ke rumah sakit setelah berbuka puasa. Di UGD, dokter yang memeriksa menyatakan saya kemungkinan kena mild stroke, berita yang tidak mengejutkan saya karena saya sudah menduga sebelumnya. Anehnya, mungkin karena unconscious competent, saya langsung acceptance dengan berita itu. Tapi dokter bilang, tunggu hasil CT Scan.
Di kamar perawatan, dokter Wicahya, neurologist yang memeriksa menyatakan saya tidak kena mild stroke, melainkan bell's palsy, yaitu kelumpuhan otot wajah akibat gangguan syaraf belakang terlinga. Saya belum pernah mendengar penyakit itu sebelumnya, sehingga tidak tahu, ini berita yang 'lebih melegakan' atau tidak. Tapi melihat cara dokter menjelaskan, saya menyimpulkan, penyakit ini 'jauh lebih baik' daripada kena mild stroke. Anehnya, saya tidak shock dengan keadaan ini, dan langsung menerima dengan ikhlas. Saya langsung menelpon Riri Artakusuma untuk menyampaikan berita ini kepada Mas Toto, Area Manager Smart FM yang menangani keberangkatan saya ke Banjarmasin dan Balikpapan untuk mengisi acara off-air charity, agar mengantisipasi pengganti saya. Saya juga berharap Smart FM mudah mendapat ganti pembicaranya. Belakangan, Mbak Diana Rosianti, Area Manager Smart FM Kalimantan mengabarkan mudah mendapat pengganti saya, yaitu Mas Iman Teguh Perdana. Saya juga memberitahu EO untuk membatalkan order pelatihan dan mengembalikan uang muka yang sudah diterima. Semua dilakukan dengan perasaan ikhlas dan enteng karena yakin rejeki saya akan dicukupkan oleh Tuhan dan ada proses 'penyeimbangan' kehidupan saya setelah itu.
Berita tersebar. Beberapa teman memberitahu teman atau kerabatnya, atau bahkan dia sendiri juga pernah terserang penyakit itu, dan sembuh. Ini membuat saya 'tidak sendiri'. Rupanya hanya dalam hitungan hari, penyakit yang sebelumnya tidak saya kenal, tiba-tiba karib di hadapan saya. Teman-teman saya, maupun teman-teman isteri saya, juga teman-teman ibu saya memberi berita bahwa dirinya, temannya, ayahnya, saudaranya, juga pernah kena. Ini aneh buat saya, karena sebelum kena bell's palsy, belum pernah sama sekali saya melihat orang bell's palsy, kecuali lumpuh karena stroke. Fenomena ini mirip ketika tiba-tiba saya naksir jenis mobil tertentu, tiba-tiba sepanjang jalan yang saya lalui mobil jenis itu 'ramai' saya lihat.
Saya berfokus pada menikmati proses penyembuhan karena saya tidak ingin mensugesti diri dengan 'ratapan-ratapan' dan pengibaan. Sayapun menyetel pikiran saya untuk 'biasa-biasa' saja.. Facebook-pun saya becandain. Status pertama saya setelah itu adalah 'alam menyediakan situasi untuk kita mempraktekkan apa yang kita ajarkan kepada orang lain'. Kalimat ini saya cuplik dari kapsul Mas Prie GS beberapa tahun silam.
Dalam perbincangan di telepon dengan teman yang menyapa lewat telepon, saya bilang kalau wajah saya sekarang seperti "Two Face" musuhnya Batman, cuma kalo two face asli separuh wajahnya jelek, separuh wajah saya malah mirip Tom Cruise. Kata isteri saya, sebelah lagi kayak Budi Anduk.
Ucapan, harapan, doa, saran, semangat, dan reframing-pun diberikan teman-teman saya lewat telepon, sms, facebook, BB, YM, dan email. Reframing yang paling banyak adalah terhapusnya dosa-dosa saya seperti rontoknya dedaunan, dan ujian untuk naik kelas. Mas Prie GS sendiri memberi kalimat yang 'kena' di 'peranakan' saya : "Ayo Gus, sembuh. Bismillah". SMS kedua beliau berbunyi "Ayo Sehat. Awakmu isih penting kanggo Indonesia. Insya Allah." (Ayo Sehat, dirimu masih penting untuk Indonesia. Insya Allah), jelas bahasa ketulusan yang menyetrum.
Bu Fanny Budiman sahabat saya dan isteri menulis komentar di status FB saya : 'Saya pernah dengar Pak Jansen mengatakan, berapa banyak orang yang punya kesempatan mengunjungi Alaska? Tidak banyak. Berapa banyak orang yg pernah mengalami stroke? Tidak semua orang. Hanya orang yang pernah mengalaminya yang bisa bercerita tentang hal tersebut. Jadi dinikamti dan disyukuri.... Berapa banyak orang... yg mengalami Bell's Palsy? Mas Pras adalah salah satunya yang nantinya bisa bercerita tentang hal tersebut."
Sayapun sering 'mengklarifikasi' wajah saya kepada mereka yang baru ketemu, supaya tidak salah sangka bahwa yang mereka lihat sebagai 'sinis' itu sebenarnya saya sedang tersenyum atau tertawa. Saya juga beberapa kali me-reframe teman yang tanya saya kena penyakit apa. Saya bilang, saya tidak kena penyakit, tapi mengalami keadaan yang belum pernah saya alami sebelumnya dan memerlukan treatment tertentu. Meskipun mungkin dalam hati mereka bilang, "ahhh, si Prass bisa aja menghibur diri..."
Terlebih dari semua itu, ini semua adalah bentuk kasih sayang Tuhan kepada saya, yang tidak perlu saya perjelas lebih jelas lagi, karena semua sudah jelas... Buktinya, kalau bukan bell's palsy ini, rasanya jauh dari mungkin teman-teman dan kolega tahu rumah saya (terimakasi tak terhingga dan doa kebaikan untuk anda yang sudah mendoakan dan menyemangati saya).
Karena bell's palsy ini pulalah isteri saya mempercepat dan memperpanjang liburannya dari Canberra. Sebelumnya, ia tak kuasa meminta izin pulang liburan lebih dari 4 minggu karena peraturan lembaga pemberi beasiswa. Tuhan mengabulkan doa saya dengan cara yang elegan .... ***