Ujian PraktekARTIKEL
Feb 11, 2008 06:22 oleh Admin
Saya duduk di Singosari Longue Bandara Juanda Surabaya. Jam menunjukkan waktu lima menit lewat dari jam pesawat Batavia Air seharusnya terbang ke Yogyakarta. Saya masih berbincang dengan Pak Has, seorang dokter sekaligus polisi yang akan pulang ke Mataram. ketika tiba-tiba terdengar announcement pesawat yang saya naiki delay hampir 2 jam hingga Pk. 18. 45.
Masih bersama Pak Has, ketika jam di dinding menunjukkan waktu 18.45, belum terdengar pemberitahuan naik pesawat. Jam 19 ... Jam 20 ... Jam 21 ... belum juga ada pemberitahuan apa-apa.
Pk. 21.25 ... tiba-tiba terdengar merdu, "Perhatian perhatian, penumpang Batavia Air dengan nomor penerbangan sekian-sekian, dengan tujuan Yogyakarta, dipersilakan memasuki ruang tunggu keberangkatan 1 dan 2...".
Saya langsung bangkit dengan bersemangat. Setelah tubuh dan barang-barang melewati X-Ray, saya duduk sejenak di bangku panjang dekat pintu keberangkatan 1. Ketika arah pandangan tertuju ke luar ruang tunggu, tiba-tiba saya melihat dua orang pilot dan empat pramugari cantik yang tadi sama-sama duduk di Singosari Longue, berjalan berbalik arah. Saya sudah punya feeling kurang enak.
Benar saja. Penerbangan ke Yogya dengan Batavia Air cancelled, dan baru akan berangkat besok jam 6 pagi. Karuan saja para penumpang ngamuk. Protes dan baku urat leher pun terjadi. Saya masih berada di bangku panjang memandangi mereka, dengan sesekali mendekat dan duduk lagi. Karena alasan teknik, akhirnya penumpang bisa menerima. Kami berangkat menuju hotel untuk diinapkan beberapa jam.
Jam 6.30 pagi pesawat Batavia Air menuju Yogyakarta-pun terbang. Di dalam pesawat saya mengulangi refleksi atas kejadian ini. Ini persis dengan cerita budayawan Prie GS di sebuah stasiun radio di Jakarta, bahwa alam menuntut seseorang untuk membuktikan apa-apa yang dikatakannya. Memang saya dua hari di Surabaya memberi pelatihan yang salah satu isinya mengajarkan bagaimana menyikapi suatu kesialan. Alam meminta saya untuk membuktikan apa yang saya ajarkan dengan memberikan soal praktek. Saya tidak tahu apakah saya lulus atau tidak dari ujian praktek ini. Kalaupun kali ini 'ge-er' lulus, saya merasa nilai saya dikatrol. Tapi saya berterimakasih kepada Tuhan, karena diberi kesempatan untuk latihan walk the talk ...***