Yang terbaik dariMuARTIKEL

Nov 11, 2007 09:42 oleh Admin

RS Pondok Indah, 16 Agustus 2000. Begitu teman-teman dan kerabat mendengar berita kalau isteri saya keguguran, mereka membezoek kami. Sebagaimana lazimnya protap (prosedur tetap), mereka bertanya kisah seputar apa terjadi. Biasanya pula, menjelang pulang, sebelum pamit, pembezoek memberi nasihat-nasihat dan penguatan.

"Jangan kecewa ya, Prass ..."
Saya mengangguk. Tapi dalam hati saya sesungguhnya berkata : Saya bersyukur ... tanpa capek-capek dan bersusah payah membesarkan anak saya ini, dia langsung masuk surga ...

"Nanti kan diberi yang lebih baik ...."
Dalam hati : Allah selalu memberi kita sesuatu yang terbaik menurut ukuranNya. Jadi dalam keyakinan saya tidak ada kamusnya Allah memberi sesuatu yang kemudian 'diralat' dengan sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Anak saya ini -- yang kemudian di nisannya tertulis Raihan Iman Nugroho bin Prasetya M. Brata -- adalah yang terbaik buat saya dan isteri saat itu. Ketika diambil kembali, itu juga yang terbaik. Kalau nanti perut istri saya ada janin lagi, maka itu adalah pemberian terbaik berikutnya dari Allah --- seberapa lamapun.

"Yaah, belum rejekinya, Prass ..."
Dalam hati : Ini adalah rejeki saya. Saya sudah diberi rejeki oleh Allah kebahagiaan luar biasa selama tujuh bulan. Saya bisa menikmati setiap perkembangan ukuran perut istri saya. Saya bisa 'bermain' bersama sang janin. Dan memang Allah memberi jatah buat saya cuma tujuh bulan. Apalagi di rumah sakit dan sesaat sebelum dimakamkan saya sempat menikmati wajahnya tersenyum -- mirip ibunya dan kakeknya ...

Terimakasih teman-teman dan saudara-saudaraku ... I miss u my son ...